selamat datang

selamat datang................................;'

Kamis, 17 Maret 2011

hukum bacaan tadjwid


Ikhfa'

1.       Pengertian
Menurut Muhammad Mahmud, Ikhfa’ dalam arti bahasa adalah : “Assatru”, artinya menutupi atau menyembunyikan. Sedangkan menurut istilah adalah : “Ikhfa’ adalah pengungkapan huruf yang mati dan tersembunyi atau sunyi dari tasydid pada bacaan antara terang (Idh-Har) dan memasukkan dengan mendengungkan (Idgham) pada huruf pertama”.
Pengertian tersebut tampak jelas, bahwa bacaan Ikhfa’ itu bacaan yang samar-samar antara Izh-Har (terang) dengan Idgham (memasukkan) disertai mendengung.
2.       Huruf-Huruf Ikhfa’
Huruf-huruf Ikhfa’ ada 15 (limabelas) macam, selain dari pada huruf-huruf Izh-Har, Idgham, dan Iqlab diatas. Yaitu : Ta’ (ت) , Tsa’ (ث) , Jim (ج) , Dal (د) , Dzal (ذ) , Zai (ز) , Sin (س) , Syin (ش) , Shad (ص) , Dhad (ض) , Tha’ (ط) , Zha’ (ظ) , Fa’ (ف) , Qaf (ق) dan Kaf (ك)
Izh-Har
1.       Pengertian
Muhammad Mahmud menyatakan, bahwa dalam arti bahasa izh-har berarti “Al-Bayan” artinya terang, jelas dan tampak. Sedang menurut istilah adalah : “Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya, tanpa disertai berdengung”.
Pengertian ini menjelaskan agar cara membaca nun mati atau tanwin jelas dan terang, tanpa disertai dengung jika bertemu dengan huruf izh-har. 
2.       Huruf-Huruf Izh-har
Huruf Izh-har ada 6 (enam) macam, keenam huruf itu disebut juga huruf Halqi (Tenggorokkan), karena Makhraj Huruf Izh-har pada Halqi. Adapun huruf-huruf Halqi tersebut adalah : Hamzah (ء) , Ha’ (ح) , Kha’ (خ) , ‘Ain (ع) , Ghain (غ) , dan Ha’ ( هـ) . Dengan keenam huruf tersebut, maka bacaan ini disebut sebagai Izh-Har Halqi

 

 

Idgham

Normal 0 false false false false EN-US X-NONE AR-SA <!-- [if gte mso 10]>
1.       Pengertian
Menurut Muhammad Mahmud, Idgham dalam arti bahasa berarti : “Memasukkan sesuatu pada sesuatu”. Arti ini jika dikembangkan, berarti memasukkan huruf nun mati pada huruf Idgham. Sedangkan menurut istilah adalah : “Pertemuan huruf yang mati dengan huruf yang hidup, sehingga huruf itu menjadi satu huruf yang di Tasydid”.
Pada pengertian itu tampak, bahwa cara membaca bacaan Idgham adalah memasukkan nun mati atau tanwin pada huruf-huruf Idgham, dan seakan-akan kedua huruf itu menjadi satu, seperti huruf-huruf yang di Tasydid, walaupun asal kedua huruf tersebut tidak bertasydid.
2.       Huruf-Huruf Idgham
Huruf-huruf Idgham ada 6 (enam) macam, yaitu : Ya’ (ي) , Nun (ن) , Mim (م) , Wawu (و) , Lam (ل) , dan Ro’ (ر) . Sehingga jika ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu keenam huruf tersebut, maka nun mati atau tanwin tersebut harus dimasukkan padanya.
3.       Pembagian Idgham
Dilihat dari pembagian huruf Idgham, maka Idgham dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
a.       1. Idgham Bi-Ghunnah
Huruf-huruf Idgham Bi-Ghunnah sepeti yang tertera diatas hanya terdiri dari 4 (empat) huruf, yaitu : Ya’ (ي) , Nun (ن) , Mim (م) ,dan Wawu (و) , sisanya termasuk huruf Idgham Bila-Ghunnah.
Idgham Bi-Ghunnah adalah membunyikan nun mati atau tanwin dengan memasukkan pada huruf Idgham Bi-Ghunnah disertai dengan mendengung. Dengan catatan tidak dalam satu kalimat, apabila dalam satu kalimat maka, cara bacanya berubah menjadi Izh-har (Terang). Ulama tajwid menyebutnya Izh-Har Kilmi, atau disebut juga Izh-Har Wajib.
b.      2. Idgham Bila-Ghunnah Huruf-huruf Idgham Bi-Ghunnah sepeti yang tertera diatas hanya terdiri dari 4 (empat) huruf, yaitu : Lam (ل) dan Ro’ (ر) .
Idgham Bila-Ghunnah yaitu cara membaca nun mati atau tanwin dengan memasukkannya pada huruf Lam atau Ro’, tanpa mendengung. Jika ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu dari kedua huruf itu, maka wajib dimasukkan padanya tanpa mendengung

Iqlab

Pengertian Iqlab
Menurut Muhammad Mahmud, Iqlab dalam arti bahasa adalah : “Mengubah bentuk sesutu dari asalnya”. Yaitu mengubah huruf nun mati atau tanwin pada huruf Iqlab. Sedangkan menurut istilah adalah : “Menjadikan huruf satu pada ketentuan huruf lain disertai mendengung”.
Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Iqlab, maka nun mati atau tanwin itu harus dibaca sebagaimana bacaan Iqlab disertai dengan mendengung.
Huruf Iqlab
Huruf Iqlab hanya ada satu, yaitu : Ba’ (ب) . Maka apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Ba’, maka nun mati atau tanwin itu harus dibaca menjadi Mim (م) , karena bacaan Iqlanb.
Al-Hadiid (57): 6
Al-Hadiid (57): 6

ISTILAH HUKUM DALAM ILMU TAJWID

Didalam ilmu tajwid terdapat juga istilah hukum lazim, wajib, haram, dan jaiz seperti dalam fiqih. Apakah istilah-istilah ini juga mempunya sangsi atau akibat hukum seperti dalam hukum fiqih atau ia hanya merupakan istilah saja dikalangan ahli tajwid (shina’iy) sehingga tidak berakibat pahala dan dosa. Dalam hal ini ulama berselisih pendapat sebagai berikut :

a.       a.  Ulama Mutaqaddimin berpendapat bahwa semua istilah hukum dalam tajwid adalah berakibat syar’I, berpahala bagi yang melaksanakan dan berdosa bagi yang melakukan pelanggaran. Dengan demikian setiap kesalahan baik dalam kelompok jaliy maupun yang khofiy membawa akibat haram syar’i. alasan yang dikemukakan adalah bahwa perintah Allah tentang membaca Al Quran dengan tartil mengandung hukum wajib, oleh karena itu semua peraturan yang mengatur tentang tata cara mentajwidkan Al Quran termasuk dalam perintah wajib.

b.      b. Ulama Muta’akhirin berpendapat bahwa akibat hukum dalam ilmu tajwid itu terbagi dua, ada yang berakibat syar’I dan adapula yang shina’I, apabila menyangkut pemeliharaan bentuk huruf atau harakat hingga tidak merubah bunyi suara atau merusak makna, maka disebutkan dengan wajib syar’I, pelanggarannya disebut haram syar’i. Tetapi apabila menyangkut bidang pemeliharaan ketentuan hukum lain,  seperti wajib idgham, wajib mad dan sebagainya, maka masuk dalam wajib shina’i. Pendapat ini cenderung menjadikan kelompok kesalahan yang jelas sebagai haram syar’I dan kesalahan samar sebagai haram shina’i.

c.       c. Imam Ibnu Ghozi pada prinsipnya memberikan pendapat yang sama dengan Muta’akhirin, hanya berbeda dalam memberikan klasifikasinya. Menurut beliau yang masuk wajib syar’I adalah apabila menyangkut semua ketentuan hukum yang disepakati oleh ahli Qiraat. Sebaliknya apabila tidak terdapat kesepakatan dalam menggunakan ketentuan waqaf atau karena mengikuti petunjuk guru, sepanjang ada keyakinan tentang kebenarannya, maka termasuk wajib shina’i.

Dari ketiga pendapat diatas, pendapat Muta’akhirin yang lebih cocok diterapkan. Menetapkan semua ketentuan tajwid menjadi syar’I jelas bukan suatu hal yang mudah diterapkan oleh umat islam. Pendapat Ibnu Ghozi yang cukup terperinci itupun masih terlalu berat, karena untuk dapat mengetahui mana ketentuan yang disepakati dan mana yang tidak tentu memerlukan pengetahuan yang cukup jelas. Oleh karena itu lebih tepat pendapat Muta’akhirin yang menganggap ketentuan-ketentuan yang bukan termamsuk kesalahan jali, bagi pelanggarnya adalah shina’I yang tidak berakibat dosa, tetapi hanya cacat menurut dunia Qiraat. Walaupun sangsi syara’ tidak ada, tapi bagi seorang qari’ yang dikenal telah berilmu, sangsi cacat atau aib sudah cukup berat. Disamping itu tidak juga terlalu menakutkan bagi masyarakat awam untuk membaca Al Quran

Mad Muttashil

Mad Muttashil
Disebut mad muttashil, bila dalam satu kata bertemu mad thabi'i dengan huruf hamzah. Dinamakan muttashil karena mad thabi'i dengan huruf hamzah dalam satu kata.
Mad muttashil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya panjang, 4 harakat atau 5 harakat atau 6 harakat ketika berhenti.

Pembagian MadMad AsliMad Far'iMunfashilAridhBadalLazimMad Muttashil
Ar-Ra'd (13): 21

Mad Far'i

Mad Far'i, adalah:
Mad yang merupakan tambahan terhadap mad thabi’i karena salah satu 2 sebab, yaitu: hamzah atau sukun.

Mad Far'i

ad Thabi'i atau Mad Asli, yaitu:
Bila huruf yang setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun.
Dinamakan thabi'i karena mad tersebut merupakan sesuatu yang thabi'i (alami), kadarnya tidak kurang dan tidak lebih. Aturan membacanya panjang 2 harakat.


Pembagian MadMad Far'iPada Wakaf dan WashalPada WashalPada WakafMad Asli